foto: Melinda Sue Gordon - detik.com |
CoA - Pada akhir tahun 1930-an, fisikawan Leó Szilárd berbicara dengan Albert Einstein tentang potensi senjata nuklir yang sangat kuat yang dapat dibangun dengan memanfaatkan reaksi berantai nuklir. Szilárd meyakinkan Einstein tentang bahaya yang timbul jika rezim Jerman Nazi berhasil mengembangkan senjata semacam itu. Dalam tanggapannya, Einstein sepenuhnya mendukung ide ini dan setuju untuk menandatangani surat yang ditulis oleh Szilárd dan Edward Teller, yang ditujukan kepada Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Roosevelt.
Surat tersebut, yang dikirim pada 2 Agustus 1939, menjelaskan potensi senjata nuklir dan bahaya bahwa Jerman Nazi mungkin dapat memanfaatkan reaksi berantai nuklir untuk mengembangkan bom. Einstein dan para penandatangan lainnya berharap surat tersebut akan mendorong pemerintah AS untuk memulai program riset nuklir guna mengatasi ancaman ini. Inilah yang kemudian dikenal sebagai "Surat Einstein-Szilárd."
Sebagai respons atas surat tersebut dan kekhawatiran akan perkembangan senjata nuklir, Presiden Franklin D. Roosevelt mendirikan Proyek Manhattan pada tahun 1942. Proyek ini bertujuan untuk mengembangkan bom atom sebelum musuh-musuh Amerika Serikat, terutama Jerman Nazi.
J. Robert Oppenheimer dipilih sebagai direktur ilmiah proyek tersebut. Sebagai seorang fisikawan teoritis yang diakui, Oppenheimer memiliki keahlian dan kepemimpinan yang diperlukan untuk mengarahkan proyek tersebut. Ia bertanggung jawab untuk mengumpulkan tim ilmuwan terbaik dari berbagai disiplin ilmu dan memfasilitasi penelitian yang menyeluruh untuk mengembangkan bom atom.
Albert Einstein sendiri tidak secara langsung terlibat dalam proyek ini. Ia tidak menjadi bagian dari tim peneliti yang terlibat dalam pembuatan bom atom. Namun, peran pentingnya dalam Surat Einstein-Szilárd telah membantu memulai proyek pembuatan bom atom ini dengan memberi tahu pemerintah AS tentang potensi senjata nuklir.
Setelah keberhasilan Proyek Manhattan dan penggunaan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki, Einstein semakin menyadari potensi kehancuran yang dihadapi dunia akibat senjata nuklir. Ia menjadi pendukung utama perdamaian dan mendorong untuk pengendalian senjata nuklir.
Di sisi lain, J. Robert Oppenheimer, setelah menjadi bagian dari proyek pembuatan bom atom, mulai mengalami perubahan pandangan tentang senjata nuklir. Ia menjadi penentang senjata nuklir dan berjuang untuk pengendalian senjata setelah menyaksikan kehancuran yang ditimbulkan oleh bom atom di Jepang. Akibat pandangan kritisnya terhadap kebijakan nuklir, Oppenheimer menghadapi tuduhan sebagai anggota kelompok komunis oleh pemerintah AS dan kehilangan keamanan keamanannya pada tahun 1954.
Secara keseluruhan, Albert Einstein dan J. Robert Oppenheimer adalah dua tokoh ilmiah yang sangat berpengaruh dalam sejarah pembuatan bom atom. Einstein memberikan dukungan moral awal untuk memulai proyek ini melalui Surat Einstein-Szilárd, sementara Oppenheimer berperan sebagai pemimpin ilmiah dalam pengembangan bom atom. Namun, kedua tokoh ini memiliki pandangan yang berbeda tentang senjata nuklir setelah bom atom digunakan, dengan keduanya akhirnya menyuarakan kekhawatiran tentang bahaya senjata nuklir dan pentingnya perdamaian dunia.
Baca juga :